Publikasi Ilmiah Guru

PROYEK KARAKTER Kuatkan Penilaian Otentik

Proses pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi dan kecerdasan manusia agar siap menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa sudah menjadi suatu keharusan jika proses pendidikan dapat melahirkan insan yang memiliki ketrampilan hidup baik hard skill maupun soft skill.   Oleh karena itu pemerintah senantiasa melakukan pembenahan dalam prakik pendidikan di sekolah termasuk perbaikan dalam penilaian hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa tidak hanya dinilai dalam aspek pengetahuan melainkan pada aspek sikap dan keterampilan. Hal ini diterapkan agar anak memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memahami semua disiplin ilmu yang diajarkan sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan nyata secara baik.

Telah dikembangkan sebuah sistem penilaian yang dikenal dengan penilaian otentik. Penilaian otentik adalah penilaian yang digunakan untuk menggambarkan kondisi peserta didik yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada. Penilaian yang dilakukan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan selama maupun setelah proses pembelajaran berlangsung (Dewa, 2019).  Ketercapaian tiga kompetensi tersebut seharusnya menjadi umpan balik bagi guru untuk selalu bekerja keras dalam melakukan inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan PROYEK KARAKTER.

Proyek karakter termasuk dalam penilaian mandiri tidak terstruktur. Penilaian ini dapat diterapkan oleh guru di kelas ataupun kepala sekolah untuk semua siswa.  Proyek ini dilakukan dengan cara pemberian satu tugas karakter yang harus dilakukan siswa dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, bulan pertama guru atau kepala sekolah memberikan proyek karakter suka menolong. Maka selama sebulan siswa harus melakukan tindakan tolong menolong dengan orang lain dalam hal kebaikan. Intrumen penilaian yang dilakukan dapat dengan membagikan daftar penilaian yang berisi kolom kosong yang akan diisi siswa saat sudah melakukan tindakan menolong orang. Sebagai bentuk validasi, dapat disertakan kolom paraf orang tua atau guru.

Adapun karakter yang bisa dijadikan proyek sangat beraneka ragam. Diantaranya, religius, nasionalisme, mandiri, suka menolong, berbakti kepada orang tua, sopan, murah senyum, jujur, dan lain sebagainya. Proyek karakter ini juga bisa disesuikan dengan momen tertentu, misalnya saat Bulan Agustus, maka proyek karakter yang dilakukan adalah nasionalisme. Daftar penilaian  yang dibagikan dapat dimodifikasi menjadi daftar cek meliputi memasang bendera di depan rumah, mengikuti upacara bendera di sekolah, ikut kerja bakti memasang umbul-umbul di lingkungan RT, ataupun mengikuti lomba Agustusan.

Hal ini dapat mendorong lahirnya tindakan dan nilai-nilai baru yang tertanam dalam diri siswa. Program ini tentu memerlukan kerjasama yang baik antar pihak guru/sekolah dengan orang tua siswa agar terjadi kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama. Kegiatan ini tentunya dapat menguatkan penilaian otentik yang dilakukan guru utamanya  pada aspek sikap dan keterampilan. Hal ini juga sejalan dengan amanat Mendikbud Nadiem Makarim yang mendeklarasikan Pendidikan Karakter guna terwujudknya pelajar Pancasila.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bawa perlu adanya inovasi atau perbaruan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk dalam penilaian. Banyak hal yang dapat dilakukan guna menunjang proses dan hasil pembelajaran siswa. Konsekuensi penilaian otentik adalah guru harus bekerja lebih keras, memperhatikan masalah kehidupan di sekitarnya, mengembangkan soal untuk penilaian, dan memeriksa jawaban peserta didik yang belum tersedia melalui program komputer. Kesabaran dan kepedulian terhadap hasil belajar peserta didik yang lebih baik merupakan kepuasaan dan kebanggaan guru. Dalam penilaian autentik ini, kedudukan guru menjadi semakin penting.

 

*) Oleh : Siti Latifah, S.Pd-Guru SMP IT Al-Huda Wonogiri